TAKENGON - Selain kopi, giok
kini menjadi daya tarik Aceh Tengah. Banyak warga dari daerah lain di Aceh,
bahkan dari Sumatera Utara dan Jawa, belakang ini berburu giok kelas super di
Tanah Gayo. Untuk menghindari semakin banyaknya batu alam Aceh Tengah yang
dibawa ke luar daerah, pemerintah setempat mulai melakukan langkah antisipasi.
“Kami
sudah rencanakan, batu permata yang ke luar dari Aceh Tengah nantinya harus
dalam bentuk barang jadi,” kata Bupati Aceh Tengah, Ir H Nasaruddin MM, Kamis,
menanggapi laporan eksklusif Serambi tentang “Aceh Demam Giok” yang dipublikasi
Selasa (16/12).
Untuk
memastikan bahwa batu giok dan aneka gemstone lainnya yang ditemukan di Aceh
Tengah itu tidak dibawa dalam bentuk bongkahan ke luar daerah, maka Bupati Aceh
Tengah mewacanakan untuk membantu para pengrajin batu giok. “Kita akan bantu
mereka dengan peralatan untuk pembuatan cincin. Yang penting, batu yang didapat
akan diasah di sini menjadi batu cincin atau untuk perhiasan lainnya,” kata
Nasaruddin sembari menambahkan bahwa keberadaan giok kini, menjadi salah satu
daya tarik Aceh Tengah, selain kopi arabika.
Sementara
itu, Heri Novandi, seorang pengrajin batu giok di Takengon mengatakan, di Aceh
Tengah tergolong banyak ditemukan jenis batu giok. Selain giok solar maupun
biosolar, ada juga giok belimbing, neon, lilin, nefrit, air tebu, black jade,
anggur, dan belimbing madu.
Uniknya,
penamaan batu giok diidentikkan dengan warna batu tersebut. Katakanlah giok
solar, warnanya pastilah menyerupai minyak solar. Demikian dengan giok lainnya,
seperti belimbing karena menyerupai warna belimbing.
Berbicara
kualitas, batu giok asal Aceh Tengah tak kalah menariknya dibanding batu giok
asal Nagan Raya. Mulai dari kekerasan batunya yang mencapai 7,3 skala Mohs,
hingga warna yang muncul dari batu yang telah dibuat menjadi mata cincin. “Batu
giok ini, semakin banyak jenisnya didapat. Ada juga kualitasnya yang luar biasa
bagusnya dari beberapa tempat di Aceh Tengah,” ujar Heri Novandi.
Dari
Nagan Raya dilaporkan, pemkab setempat bahkan sudah mengeluarkan “Perbup Giok”
(peraturan bupati tentang giok). Tujuan perbup itu justru untuk menertibkan
pencarian dan penggalian batu alam yang selama ini sangat meresahkan, karena
dikhawatirkan merusak lingkungan.
Kepala
Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Nagan Raya, Samsul Kamal ST yang
dikonfirmasi di Suka Makmue, membenarkan bahwa bupati seempat telah
mengeluarkan Perbup Giok. Namun, diakuinya bahwa perbup tersebut belum
disosialisasikan kepada masyarakat di kabupaten itu, khususnya terhadap
masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pencarian batu alam di Kecamatan
Beutong dan Beutong Ateuh Banggalang.
“Perbupnya
sudah kita buat dan sudah selesai. Tapi soal sosialisasi itu bukan urusan
kami,” kata Samsul Kamal. Ia juga menepis isu bahwa belum disosialisasikannya
Perbup Giok tersebut justru karena sejumlah pejabat dan pihak tertentu di
wilayah itu sedang menggeluti langsung bisnis menggiurkan ini.
“Tidak
benar ada pejabat yang terlibat dalam bisnis giok ini. Yang melakukannya
hanyalah masyarakat,” demikian Samsul Kamal. (my/edi)
0 komentar:
Post a Comment
Tinggalkan Komentar